Buatlah Perjanjian dengan Dirimu (Ust. Muhammad Nuzul Dzikri)
- Astri Irma Yunita
- Jan 16, 2021
- 2 min read
“Sesungguhnya nafsumu itu selalu mengajak kepada keburukan kecuali yang dirahmati oleh Allah”. Nafsu itu merupakan tipikal perkara yang harus dikalahkan. Ketika diri kita dikalahkan oleh musuh Allah yang berwujud manusia, kita diuntungkan dengan pahala yang dijanjikan oleh Allah. Namun, jika kita mengalahkan nafsu yang terdapat pada diri kita sendiri, maka kita yang akan terseret ke neraka. Nafsu harus selalu berada di bawah kekuasaan kita pada saat kita berpegang teguh pada firman-firman Allah, Al Quranul Karim dan Hadits Nabi. Kalah dalam berperang melawan hawa nafsu merupakan maksiat.
Oleh karena itu, buatlah perjanjian dengan dirimu pada tiga keaadaan :
Jika engkau beramal, maka ingatlah penglihatan Allah yang senantiasa melihatmu
Dan ketika engkau sedang berbicara, maka ingatlah Allah maha mendengar pembicaraanmu dan maha mengetahui apa yang sedang engkau bicarakan.
Dan jika engkau sedang diam, maka ingatlah Allah mengetahui diri dan isi hatimu.
(Hatim Al Ashar rahimahullah)
Salah satu penyebab terjadinya maksiat adalah pelaku maksiat seolah lupa bahwa Allah sedang mengawasinya.
“Tidaklah dia mengetahui bahwa sesungguhnya Allah melihat segala perbuatannya” (QS. Al Alaq:14) .
Semakin canggih perkembangan teknologi, semakin kita tidak punya privasi. Zaman dulu, sarana untuk membicarakan sesuatu yang haram melalui bisik-bisik. Zaman sekarang, media bisik-bisik tersebut diganti dengan personal japri tanpa sepengetahuan yang lain yang merupakan anggota dari grup whatsapp yang sama. Terlihat anteng di grup tersebut, faktanya ada obrolan lain di grup yang baru.
“Tidakkah kamu perhatikan, bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa yang ada di langit dan di bumi ?. Tiada pembicaraan rahasia antara ketiga orang, melainkan Dia-lah ke empatnya. Dan tiada pembicaraan antara lima orang, melainkan Dia-lah ke enamnya. Dan tiada pula pembicaraan antara jumlah yang kurang dari itu atau lebih banyak, melainkan Dia berada bersama mereka di manapun mereka berada. Kemudian Dia akan memberitahukan kepada mereka pada hari kiamat apa yang mereka kerjakan. Sesungguhnya Allah mengetahui segala sesuatu.” (QS. Al Mujadilah:7)
Sebatas diam namun hati bergemuruh. Mereka berkata pada diri mereka sendiri.
“Dia mengetahui (pandangan) mata yang khianat dan apa yang disembunyikan oleh hati” (QS. Al Ghafir:10)
Kita tidak hanya dibatasi dan diawasi oleh Allah pada saat kita bicara, melainkan juga pada saat kita diam. Diamnya hati kita harus setulus seperti kita berbicara. Sesungguhnya, ahli ilmu itu berbicara dengan ilmu dan mereka diam pun dengan kematangan ilmunya. Diamnya seorang ilmu tersebut karena dia beriman kepada Allah dan hari akhir.

Comments