Broken Home (Ust. Muhammad Halid Syar'ie, Lc & Ust. Hamdi Salah Al Bakry, Lc)
- Astri Irma Yunita
- Jan 23, 2021
- 3 min read
Kita tidak bisa mengatakan bahwa cerai itu aib. Karena, perceraian merupakan salah satu solusi yang ditawarkan oleh Islam. Apapun alasan yang mendasari perceraian orang tua, sang anak tetap harus berbuat baik kepada keduanya.
“Jika kedua orangtuamu memaksamu untuk mensekutukan dengan Aku, sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mentaati keduanya” (QS. Luqman :15)
“Namun, sikapilah kedua orang tua kalian dengan baik” (QS. Luqman: 15).
Dan berbakti kepada kedua orang tua dinamakan Jihad oleh Rasulullah. Seorang anak harus taat kepada kedua orang tuanya, bagaimana pun kondisi orang tuanya. Seseorang datang kepada Rasulullah dan mengatakan, “Wahai Rasulullah, saya mempunyai kerabat. Saya menyambung silahturahim kepada mereka, dan mereka memutuskannya. Saya berlaku baik kepada mereka, dan mereka berlaku buruk kepada saya. Saya lemah lembut kepadanya, dibalas dengan perkataan kasar kepadaku. Kalau kamu benar seperti apa yang kamu katakan, maka seakan-akan kamu telah memberikan pasir yang panas kepada mereka. Dan selama anda masih seperti itu, pertolongan Allah akan turun kepada kamu.” (HR. Al Bukhari dan Muslim)
Walaupun sang anak memiliki rasa benci dan sakit hati kepada orang tuanya, dengan menyingkirkan rasa benci dan sakit hati untuk tetap berbuat baik kepada orang tuanya, maka ini termasuk jihad di jalan Allah. Dan berbuat baik itu tidak harus menunggu feedback dari orang lain terlebih dahulu.
“Orang tua adalah pintu surga yang paling tengah” (HR. Ahmad, Turmudzi, Ibnu Majah, dan dihasankan oleh Syuaib Al Arnauth).
Meskipun, salah satu orang tuanya telah meninggalkan anaknya selama berpuluh-puluh tahun, cari dia dan berbuat baik kepadanya. Sebagaimana dalam hadits, “Celaka, sekali lagi celaka, dan sekali lagi celaka orang yang mendapatkan kedua orang tuanya berusia lanjut, salah satunya atau keduanya, tetapi (dengan itu) dia tidak masuk syurga”. (HR. Ahmad dan Muslim)
Walaupun orang tuanya zholim, statusnya sebagai pintu surga tidak bisa berubah.
Pertanyaan :
“Meski saya tahu bahwa orang tua adalah pintu surga yang paling tengah, maka saya akan mencari jalan untuk masuk pintu surga yang lain”.
Atau
“Saya akan mencari wali nikah lain, selain ayah saya”.
Bagaimana menyikapi hal ini ?.
= Ya akhi, antum tidak akan ada di dunia ini tanpa mereka (orang tua).
“Tidak sah nikah, kecuali dengan adanya wali dan dua saksi yang adil” (HR. Abdurrazaq, Ath Thabrani, dan Al Baihaqi, dishahihkan oleh Syaikh Al Bani)
“Wanita manapun yang menikah tanpa seizin walinya, maka pernikahannya bathil, pernikahannya bathil, pernikahannya bathil”. (HR. At Tirmidzi, Abu Dawud, Ibnu Majah, Ahmad, dan Ad Darimi, dishahihkan oleh Syaikh Al Bani)
“Tidak boleh seorang wanita menikahkan (menjadi wali) bagi wanita lain, dan tidak boleh pula wanita (menjadi wali) menikahkan dirinya sendiri. Sesungguhnya hanya pezina (pelacur) yang menikahkan dirinya sendiri.” (HR Ibnu Majah, dan dishahihkan oleh Syaikh Al Bani)
Pertanyaan :
Bagaimana kasusnya jika sang ibu menutupi keberadaan ayahnya dari sang anak karena faktor kebencian, kemudian sang ibu mencari wali nikah yang lain?.
= Jika sang anak mengetahuinya, maka akad nikahnya harus diulang dengan wali yang sebenarnya. Temui ayahnya, dan jelaskan permasalahannya agar akad nikahnya diulang. Namun, jika sang anak mengetahuinya di saat dia sudah memiliki keturunan, itu tidak menjadi sebab nasab keturunannya tidak dinisbatkan kepada ayahnya, serta tidak menjadikan pernikahannya menjadi terlarang karena zina.
Broken home merupakan takdir dari Allah subhanahu wa ta’ala yang mesti disikapi dengan sabar. Sebagaimana Allah berfirman, “Mungkin saja kalian membenci sesuatu padahal itu baik untuk kalian” (QS. Al Baqarah : 216). Dan perlu kita ketahui bahwa, “Nabi Muhammad shallallahu alayhi wasallam berkembang dan tumbuh sampai jadi Nabi dan Pemimpin Negara, tanpa keberadaan ayah dan ibunya. Mungkin ayah dan ibu kita terpisah (bercerai), tapi pertolongan Allah subhanahu wa ta’ala selalu bersama kita asalkan kita bertakwa kepadaNya.

Untuk teman-teman terdekat, yang memiliki sahabat dengan kasus seperti ini, support mereka dan jangan dibully.
Comentários