Mitos Karisma (Bag II) : Karisma bukan Sihir, melainkan perilaku yang harus dipelajari
- Astri Irma Yunita
- Jun 2, 2023
- 1 min read
Pernahkah Anda memiliki pengalaman merasa benar-benar percaya diri, menguasai suatu situasi? Saat ketika orang-orang tampak terkesan oleh Anda — bahkan hanya satu saat dari orang-orang di sekitar Anda berkata, "Wow!". Kita tidak perlu menganggap pengalaman ini sebagai karisma, atau menganggap diri kita karismatik, karena kita menganggap bahwa orang-orang karismatik itu memiliki daya magnet setiap saat setiap hari.
Perilaku karismatik umumnya dipelajari sejak dini dalam kehidupan. Bahkan, orang biasanya tidak sadar bahwa mereka sedang mempelajarinya. Mereka hanya mencoba perilaku baru, melihat hasilnya, dan menyempurnakannya. Akhirnya, perilaku tersebut menjadi naluriah.
"Tokoh karismatik terkenal yang tak terhitung jumlahnya bekerja keras untuk mendapatkan karisma mereka, meningkatkannya selangkah demi selangkah. Tetapi karena kita mengenal mereka di puncak karisma mereka, sulit untuk percaya bahwa superstar ini tidak selalu begitu mengesankan."
Terdapat dua hal yang cukup sederhana untuk menghasilkan karisma yakni memberi kesan bahwa Anda memiliki kekuatan tinggi dan kehangatan tinggi, karena perilaku karismatik memproyeksikan kombinasi dari dua kualitas ini. 'Melawan atau lari?' merupakan pertanyaan kekuatan. 'Teman atau musuh?' merupakan pertanyaan kehangatan.
Kehadiran menjadi pondasi yang mendampingi kekuatan dan kehangatan pada sisi karismatik seseorang. Kehadiran menjadi komponen inti nyata dari karisma, pondasi di mana aspek yang lain dibangun. Ketika Anda bersama seorang guru karismatik. Bill Clinton. Anda tidak hanya merasakan kekuatannya dan rasa keterlibatan yang hangat, Anda juga merasa bahwa dia benar-benar ada di sini bersama Anda.

Comments